Persediaan Barang muncul pada jaringan rantai suplai akibat adanya perbedaan antara penawaran dan permintaan.
Perbedaan yang ada antara penawaran dengan permintaan dapat dilakukan
secara sengaja oleh perusahaan. Misalnya pabrik sarung akan meningkatkan
produksi
ketika mendekati bulan puasa dan idul fitri. Untuk melakukan hal
tersebut, maka perusahaan membutuhkan termpat persediaan barang (gudang)
untuk menyimpan hasil produksi yang akan didistribusikan di masa yang
akan datang.
Begitu juga dari sisi retailer, atau toko, dimana mereka membutuhkan gudang untuk menyimpan barang-barang mereka agar dapat selalu menyediakan barang yang dibutuhkan pengguna.
Oleh karena itu, penentuan jumlah barang yang disimpan, perlu menjadi perhatian khusus manajemen perusahaan. Kecepatan barang masuk dan keluar biasa disebut material flow time. Material flow time, menurut hukum Little, mempunyai rumus
I = D T
dimana, I = jumlah barang, T= waktu arus barang D = hasil produksi/penjualan selama beberapa waktu
Sebagai contoh, apabila sebuah gudang menyimpan barang sejumlah 10.000 dan dapat menjual sebanyak 100 buah setiap hari, maka rata-rata waktu arus barang adalah sebesar 10.000/100 = 100 hari.
Apabila ingin memperpendek waktu arus barang, maka yang dapat dilakukan adalah mengurangi jumlah persediaan barang di gudang atau meningkatkan jumlah penjualan/barang keluar setiap harinya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melihat dimensi persediaan barang terhadap strategi rantai perusahaan adalah :
Siklus Persediaan Barang, dimana berguna untuk menentukan jumlah rata-rata ketersediaan barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan penawaran dan permintaan.
Besarnya siklus persediaan barang adalah sebagai hasil dari produksi, transportasi atau pembelian barang dalam jumlah yang besar. Semakin besar jumlah persediaan, maka akan semakin besar biaya yang dibutuhkan untuk menyimpan barang tersebut. Sebagai contoh, apabila sebuah perusahaan membutuhkan persediaan sebanyak 20 ton barang setiap bulan, apakah mereka akan membeli secara langsung 20 ton barang tersebut setiap bulan atau 7 ton truk per 10 hari.
Yang perlu diperhatikan adalah, semakin besar pembelian barang, maka akan membutuhkan biaya penyimpanan yang besar pula, tetapi dengan semakin sering pengiriman barang yang dilakukan, akan meningkatkan biaya transportasi.
Keamanan Persediaan Barang, dimana perhitungan permintaan persediaan barang tidak sesuai dengan perkiraan.
Apabila penawaran dan permintaan barang dapat diprediksi dengan tepat, maka perusahaan cukup memperhatikan satu faktor utama, yaitu siklus persediaan barang. Tetapi kenyataannya, seringkali prediksi yang sudah dilakukan sebelumnya tidak sesuai dengan kenyataannnya.
Mengapa hal itu terjadi ? Karena permintaan barang bersifat tidak menentu, yang hal tersebut membuat kita salah dalam memprediksi penawaran dan permintaan. Semakin tinggi tingkat ketidakmenentuan permintaan barang, semakin sulit perusahaan dalam melakukan prediksi.
Kunci utamanya adalah, seberapa besar manajemen akan menentukan berapa besar nilai aman persediaan barang di gudang penyimpanan.
Misalnya, apabila perusahaan mempunyai persediaan barang terlalu besar dan barang tersebut tidak laku dijual, maka mungkin perusahaan akan menjual barang tersebut dengan harga murah atau bahkan membuang barang tersebut karena sudah kadaluarsa. Tetapi apabila perusahaan mempunyai persediaan barang terlalu sedikit, dan permintaannya besar, sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan tersebut, maka perusahaan akan mengalami kerugian akibat hilangnya potensi keuntungan yang akan didapat.
Persediaan Barang Musiman, dimana untuk mengatasi permintaan barang yang bervariasi pada musim-musim tertentu.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa permintaan barang dapat berbeda tergantung dengan waktu-waktu tertentu. Misalnya, kebutuhan sirup akan meningkat secara signifikan ketika bulan Ramadhan dan Idul Fitri dibandingkan bulan-bulan lainnya. Oleh karena itu, manajemen perusahaan harus dapat menentukan apakah perlu dilakukan persediaan barang musiman atau tidak.
Mengapa perusahaan perlu melakukan persediaan barang musiman ?
Jawabannya adalah apabila fasilitas perusahaan tidak mempunyai kapasitas untuk memproduksi produk sesuai dengan permintaan yang ada di saat-saat tertentu. Dan apabila dipaksakan, akan membutuhkan biaya yang tinggi, misalnya menambah pekerja, menerapkan kebijakan lembur atau bahkan meng-outsource-kan pekerjaan ke pihak luar.
Tetapi, apabila perusahaan dapat memproduksi sesuai dengan permintaan tanpa kondisi diatas, maka perusahaan tidak perlu melakukan persediaan barang musiman.
Misalnya, ketika kapasitas produksi perusahaan Sarung XYZ adalah 100.000 sarung per bulan, dan kebutuhan pasar adalah sekitar 70.000 sarung per bulan untuk bulan biasa dan 250.000 sarung di bulan Ramadhan, maka perusahaan dapat membuat strategi untuk memproduksi 100.000 sarung per-bulan (diatas kebutuhan) selama 5 bulan sebelum bulan Ramadhan.Sehingga pada bulan Ramadhan, perusahaan mempunyai 250.000 sarung.
Level Ketersediaan Barang, dimana sebuah permintaan produk dari pengguna dapat disediakan dari persediaan barang di gudang.
Semakin tinggi level ketersediaan barang, maka responsitifitas perusahaan akan meningkat tetapi biaya yang dibutuhkan juga meningkat, sedangkan ketika level ketersediaan barang semakin rendah, maka tingkat responsitifitas perusahaan semakin turun, ditandai dengan semakin seringnya perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan secara tepat waktu.
Beberapa hal yang harus diukur oleh manajemen terkait Persediaan Barang - Inventory, yang secara langsung juga mempengaruhi performa rantai suplai, adalah :
Begitu juga dari sisi retailer, atau toko, dimana mereka membutuhkan gudang untuk menyimpan barang-barang mereka agar dapat selalu menyediakan barang yang dibutuhkan pengguna.
Oleh karena itu, penentuan jumlah barang yang disimpan, perlu menjadi perhatian khusus manajemen perusahaan. Kecepatan barang masuk dan keluar biasa disebut material flow time. Material flow time, menurut hukum Little, mempunyai rumus
I = D T
dimana, I = jumlah barang, T= waktu arus barang D = hasil produksi/penjualan selama beberapa waktu
Sebagai contoh, apabila sebuah gudang menyimpan barang sejumlah 10.000 dan dapat menjual sebanyak 100 buah setiap hari, maka rata-rata waktu arus barang adalah sebesar 10.000/100 = 100 hari.
Apabila ingin memperpendek waktu arus barang, maka yang dapat dilakukan adalah mengurangi jumlah persediaan barang di gudang atau meningkatkan jumlah penjualan/barang keluar setiap harinya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melihat dimensi persediaan barang terhadap strategi rantai perusahaan adalah :
Siklus Persediaan Barang, dimana berguna untuk menentukan jumlah rata-rata ketersediaan barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan penawaran dan permintaan.
Besarnya siklus persediaan barang adalah sebagai hasil dari produksi, transportasi atau pembelian barang dalam jumlah yang besar. Semakin besar jumlah persediaan, maka akan semakin besar biaya yang dibutuhkan untuk menyimpan barang tersebut. Sebagai contoh, apabila sebuah perusahaan membutuhkan persediaan sebanyak 20 ton barang setiap bulan, apakah mereka akan membeli secara langsung 20 ton barang tersebut setiap bulan atau 7 ton truk per 10 hari.
Yang perlu diperhatikan adalah, semakin besar pembelian barang, maka akan membutuhkan biaya penyimpanan yang besar pula, tetapi dengan semakin sering pengiriman barang yang dilakukan, akan meningkatkan biaya transportasi.
Keamanan Persediaan Barang, dimana perhitungan permintaan persediaan barang tidak sesuai dengan perkiraan.
Apabila penawaran dan permintaan barang dapat diprediksi dengan tepat, maka perusahaan cukup memperhatikan satu faktor utama, yaitu siklus persediaan barang. Tetapi kenyataannya, seringkali prediksi yang sudah dilakukan sebelumnya tidak sesuai dengan kenyataannnya.
Mengapa hal itu terjadi ? Karena permintaan barang bersifat tidak menentu, yang hal tersebut membuat kita salah dalam memprediksi penawaran dan permintaan. Semakin tinggi tingkat ketidakmenentuan permintaan barang, semakin sulit perusahaan dalam melakukan prediksi.
Kunci utamanya adalah, seberapa besar manajemen akan menentukan berapa besar nilai aman persediaan barang di gudang penyimpanan.
Misalnya, apabila perusahaan mempunyai persediaan barang terlalu besar dan barang tersebut tidak laku dijual, maka mungkin perusahaan akan menjual barang tersebut dengan harga murah atau bahkan membuang barang tersebut karena sudah kadaluarsa. Tetapi apabila perusahaan mempunyai persediaan barang terlalu sedikit, dan permintaannya besar, sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan tersebut, maka perusahaan akan mengalami kerugian akibat hilangnya potensi keuntungan yang akan didapat.
Persediaan Barang Musiman, dimana untuk mengatasi permintaan barang yang bervariasi pada musim-musim tertentu.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa permintaan barang dapat berbeda tergantung dengan waktu-waktu tertentu. Misalnya, kebutuhan sirup akan meningkat secara signifikan ketika bulan Ramadhan dan Idul Fitri dibandingkan bulan-bulan lainnya. Oleh karena itu, manajemen perusahaan harus dapat menentukan apakah perlu dilakukan persediaan barang musiman atau tidak.
Mengapa perusahaan perlu melakukan persediaan barang musiman ?
Jawabannya adalah apabila fasilitas perusahaan tidak mempunyai kapasitas untuk memproduksi produk sesuai dengan permintaan yang ada di saat-saat tertentu. Dan apabila dipaksakan, akan membutuhkan biaya yang tinggi, misalnya menambah pekerja, menerapkan kebijakan lembur atau bahkan meng-outsource-kan pekerjaan ke pihak luar.
Tetapi, apabila perusahaan dapat memproduksi sesuai dengan permintaan tanpa kondisi diatas, maka perusahaan tidak perlu melakukan persediaan barang musiman.
Misalnya, ketika kapasitas produksi perusahaan Sarung XYZ adalah 100.000 sarung per bulan, dan kebutuhan pasar adalah sekitar 70.000 sarung per bulan untuk bulan biasa dan 250.000 sarung di bulan Ramadhan, maka perusahaan dapat membuat strategi untuk memproduksi 100.000 sarung per-bulan (diatas kebutuhan) selama 5 bulan sebelum bulan Ramadhan.Sehingga pada bulan Ramadhan, perusahaan mempunyai 250.000 sarung.
Level Ketersediaan Barang, dimana sebuah permintaan produk dari pengguna dapat disediakan dari persediaan barang di gudang.
Semakin tinggi level ketersediaan barang, maka responsitifitas perusahaan akan meningkat tetapi biaya yang dibutuhkan juga meningkat, sedangkan ketika level ketersediaan barang semakin rendah, maka tingkat responsitifitas perusahaan semakin turun, ditandai dengan semakin seringnya perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan secara tepat waktu.
Beberapa hal yang harus diukur oleh manajemen terkait Persediaan Barang - Inventory, yang secara langsung juga mempengaruhi performa rantai suplai, adalah :
-
Waktu Siklus C2C. Berapa lama waktu yang diperlukan dalam satu siklus C2C.
-
Rata-rata persediaan barang. Berapa banyak rata-rata persediaan barang yang ada. Rata-rata persediaan barang harus dapat mengukur jumlah barang, waktu permintaan dan nilai finansial.
-
Perputaran persediaan barang. Berapa kali perputaran barang terjadi dalam satu tahun.
-
Produk-produk khusus yang perputaran barangnya lambat.
Ukuran ini digunakan untuk mengidentifikasi produk-produk yang masuk
kedalam kategori oversupply dan alasan-alasan mengapa produk tersebut
oversupply.
-
Rata-rata keamanan persediaan barang. Dapat diukur dengan cara menghitung rata-rata jumlah minimum barang yang harus disiapkan sebelum penambahan produk dilakukan.
-
Persediaan barang musiman. Berapa banyak jumlah yang dibutuhkan untuk mengahdapi permintaan barang pada musim-musim tertentu.
-
Laju Pemenuhan Barang. Merupakan bagian dari pesanan/permintaan yang dapat dipenuhi secara tetap waktu dari persediaan barang. Ukuran laju pemenuhan barang menggunakan satuan unit jumlah barang, misalnya setiap ribuan unit.
-
Waktu kehabisan persediaan barang. Berapa lama perusahaan tidak mempunyai persediaan barang
sama sekali (stok barang = 0). Hal ini dapat digunakan untuk
mengestimasikan kerugian barang akibat kehilangan potensi pendapatan
dari penjualan barang.
-
Jumlah persediaan barang kadaluarsa. Berapa banyak produk yang kadaluarsa pada persediaan barang.